Jumat, 28 Januari 2011

Jakarta Masih Kekurangan Mal?

VIVAnews - Pertumbuhan mal atau pusat belanja di Jakarta terus meningkat pesat. Bahkan, sebagian kalangan menilai Jakarta telah penuh sesak oleh proyek properti tersebut.
Namun, ternyata jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara (ASEAN), jumlah pusat belanja di Jakarta tersebut masih rendah.

Riset Jones Lang LaSalle mengemukakan, dibandingkan dengan kota-kota lain di ASEAN, pembangunan ritel di sektor mal masih rendah. Ritel per kapita Jakarta baru 4,98 orang/meter persegi. Sedangkan Singapore mencapai 1,08 orang/meter persegi, Bangkok 1,63 orang/meter persegi, Manila 3,82 orang/meter persegi, dan Banglore (India) 4,91 orang/meter."Jakarta baru setingkat kota Banglore di India. Jadi, tidak benar kalau Jakarta sudah penuh dengan mal," kata Head of Research Jones Lang LaSalle Indonesia, Anton Sitorus di Jakarta, Rabu 26 Januari 2011.
Menurut Anton, pembangunan mal di Jakarta baru terfokus pada area-area tertentu. Contohnya, di sepanjang jalan Sudirman, puluhan pusat perbelanjaan tumbuh dengan kelas yang sama. Hal itu, membuat mal menjadi tidak dapat bersaing.
"Jakarta berbeda dengan Singapore. Singapore sepanjang jalan berderet mal tapi bisa hidup karena banyak turis, sedangkan di Jakarta kebanyakan keperluan bisnis," kata Anton.
Sebetulnya, Anton menuturkan, di Jakarta masih terdapat area-area tertentu yang bisa dikembangkan untuk pusat perbelanjaan. Secara makro, kawasan Jakarta Timur memiliki potensi besar untuk dikembangkan pusat perbelanjaan baru.
Namun, Anton menyarankan sebaiknya pusat perbelanjaan yang baru dibangun untuk segmentasi kelas menengah. "Pola masyarakat Jakarta telah berubah. Jika dahulu orang mau ke mall rela berjam-jam di jalan, sekarang orang ingin ke mal dekat dengan rumah," katanya.
Untuk kawasan mikro, Anton memprediksi kawasan Tebet berpotensi untuk dibangun mal kecil. Kawasan Tebet saat ini baru dikuasai kafe dan restoran yang berdiri sendiri. Jika dibangun sebual mal untuk kalangan menengah seperti Cilandak Town Square maka dapat potensi tersebut dapat dimaksimalkan.
Berdasarkan riset Jones Lang LaSalle, harga sewa mal di kawasan Jakarta mencapai Rp448 ribu/meter persegi/bulan dengan tingkat okupansi

By Antique, Iwan Kurniawan

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts