Senin, 13 Desember 2010

fenomena globalisasi dan budaya pop

Okay brur, banyak istilah yang kita dengar dengan tema “jaman enggak bisa di lawan” memang benar dan begitu adanya. Kalau Anda berkenan untuk sejenak berhenti dari kesibukan membuat tugas kuliah atau rutinitas masalah kebutuhan sehari hari, baik kalau kita menjadi lebih kritis untuk mengamati kecenderungan perilaku kaum muda remaja dewasa ini yang tentunya menarik untuk dipikirkan bersama.

Semakin derasnya fenomena tren capitalism dan hedonism elite tertentu yang menyeret  pertumbuhan kuantitatif seperti  jumlah katak di musim hujan . Fenomena tersebut secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi budaya dan pola hidup kaum muda remaja sekarang dan jelas kita rasakan hadirnya. Pergeseran budaya mulai menjangkiti kaum muda remaja tanpa kompromi dan eksodus besar-besaran tentang paradigma berpikir kaum muda remaja, dari budaya timur menuju budaya barat.


Kali ini, manusia beralih menuju rentang waktu yang kontradiktiv dengan fase-fase sebelumnya, yaitu fase globalisasi. Di satu sisi manusia memang dituntut untuk berkembang menuju kearah yang lebih modern. Teknologi bidang informatika, dan layanan jejaring sosial mengalami perkembangan yang begitu dahsyat mengatasi batas-batas ruang dan waktu.

Namun, tidak boleh dilupakan bahwa hasil perkembangan manusia bersifat relatif dan kewajaran. Pengaruh negatif dari globalisasi adalah efek samping budaya pop, perdagangan bebas, marjinalisasi kaum lemah, dan timbulnya gap relation antara si kaya dan si miskin, si gaul dan si si kuper. Hasil tersebut telah membentuk suatu budaya baru bagi masyarakat, khususnya kaum muda remaja menjadi manusia yang terjebak dalam arus budaya pop.

Dari sekian contoh dan ilustrasi, ini adalah bukti yang paling mengena adalah televisi, berbagai acara televisi semakin hari semakin jauh dari idealisme jurnalistik, bahkan semakin melegalkan budaya kekerasan, rumitnya birokrasi, dan bentuk-bentuk kriminalitas. Sebagian tayangan-tayangan tersebut hanya semakin mendangkalkan sifat kritis manusia. Tayangan mengenai bencana alam, kemiskinan, perang, kelaparan, pembelajaran budaya, dan lain sebagainya telah membuat sisi kritis manusia tidak peka terhadap hal tersebut. Tidak ada proses batin dan intelektual lebih lanjut. Penghayatan nilai-nilai luhur semakin tereduksi.

Mungkin kalian dapat mengelak bahwa gejala-gejala ini merupakan bentuk dampak dari kemajuan zaman. Tapi, itu adalah rasionalisasi. Sebenarnya, kecenderungan manusia sekarang bukan hanya sekedar masalah mengikuti perkembangan zaman melainkan hal ini adalah masalah gengsi dan penghayatan hidup.

voice :Benx

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts