Rabu, 08 Desember 2010

Titik Jenuh Kota Jakarta

 Gak semudah membalikan telapak tangan untuk bertahan hidup di kota belantara yang kerap kali kita menelan ludah sendiri. Di saat sebagian besar orang menggantungkan mimpinya di kota, memilih hidup di kampung mungkin bukan hal yang mudah. Bagi kaum muda yang menempuh pendidikan di kota, hidup di kampung adalah sebuah kecanggungan dan kemunduran. Itulah kenyataan yang melanda masyarakat kita. Kota masih menjadi sebuah ruang mengejar mimpi. Sebuah kenyataan urbanisasi yang entah kapan akan tetap menjadi arus utama (apa ini bukan keresahan) ?
Sejak kecil kita sudah dijejali dengan film-film tentang indahnya mengadu nasib ke kota, mengejar mimpi ke kota, kemudian pulang dengan kesuksesan. Agaknya pencitraan kota telah banyak berpengaruh di benak masyarakat kita. Sehingga lagi-lagi kampung selalu identik dengan “katrok”, terbelakang dan tak layak menjadi muara mimpi.
Bagiku kampung adalah sebuah entitas yang menarik. Ia membuat orang tidak terlalu serakah dan selalu berpikir materialis. Bagiku mengejar mimpi bukanlah melarikan diri ke kota mencari lembaran-lembaran kesuksesan materi. Mungkin akan terlihat idealis, tapi bagiku mimpiku adalah menciptakan mimpi bagi orang-orang di sekitarku. Membuat orang desa berpikir maju tanpa harus meninggalkan dunia kebun mereka yang telah begitu lekat di tiap aliran darah.
Salahsatu langkah kecil yang mesti dilakukan adalah menciptakan ruang publik bagi masyarakat kelas dua dan dibangun oleh pejabat kecil di desa. Satu yang mesti kita tahu, budaya korupsi telah mendarah sampai ke desa. Kebutuhan ruang publik untuk memunculkan kekuatan massa di luar struktur pemerintah desa menjadi hal yang penting. Di samping itu ruang publik tersebut juga mesti bisa menjadi sebuah ruang untuk belajar teknologi maupun ilmu pengetahuan.
Akan menjadi menarik jika kita mampu memfasilitasi orang-orang desa mengenal sedikit (kecil hal namun berarti) teknologi dan pengetahuan mutakhir tanpa harus meninggalkan kampung mereka. Menemani mereka belajar di Pusat Teknologi Masyarakat, lalu menciptakan kesadaran-kesadaran bahwa desa mereka adalah impian mereka.
Aku yakin, di kampung kelak akan lahir jiwa-jiwa dan sosok-sosok sederhana yang kembali menggantungkan mimpinya di desa. Kembalikan Indonesia pada roh yang sesungguhnya dan menghapus nilai budaya palsu . Dari berbagai sudut persepsi yang terlontar pada dasarnya kalian pun punya cara pandang dan tindakan berbeda . yang penting ada sebuah kegelisahan di dada kalian dan bangun kesadaran semua hal bersangkutan . Setuju atau tidak … ya, Serahhh loe dagh !!!

Voice by Benx

0 comments:

Posting Komentar

Recent Posts